Rabu, 23 Maret 2011

Hanya Khilafah Yang Bisa Menghentikan Kekejian Israel


[al-Islam 437]
 Sepekan lebih sudah kita menyaksikan kebiadaban bangsa Yahudi-Israel atas kaum Muslim di Gaza, Palestina. Sekitar 600 orang telah tewas dan 4000 lebih mengalami luka-luka serius. Angka ini terus bergerak naik dari hari-ke hari seiring dengan tindakan agresor biadab Israel di Gaza. Lebih dari seribu misil meluluhlantahkan rumah, masjid, rumah sakit dan fasilitas umum lainya. Reruntuhan puing bangunan yang hangus bercampur asap dan ceceran darah kaum Muslim seolah menjadi pemandangan biasa di Gaza. Israel dengan pasukan penuh bergerak masuk ke jantung Gaza dan memisahkan Gaza dalam dua teritorial. Akibatnya, kaum Muslim di Gaza makin sulit untuk bertahan hidup sekalipun hanya sekadar untuk bernafas. Dada terasa sesak. Rasanya mereka setiap menit perlu berpamitan mengucapkan salam perpisahan kepada sanak familinya yang masih hidup, karena tidak ada jaminan bahwa menit-menit berikutnya atau di hari esoknya mereka masih punya kesempatan hidup.
Blokade dua tahun telah melahirkan derita yang memilukan. Hanya untuk bertahan hidup sejumlah keluarga Muslim Palestina (di Jalur Gaza) harus makan rumput. Agresi Israel kali ini tentu semakin memperparah keadaan mereka. Pada saat yang sama, tidak ada pintu perbatasan yang dibuka. Akibatnya, mereka seolah hidup dalam penjara besar, dan setiap saat siap bergelimang darah.

Para Penguasa Muslim Bersekongkol

Setelah institusi Khilafah Islam dihapus, Israel telah melakukan kebiadaban di luar batas kemanusiaan terhadap umat Islam sejak puluhan tahun lalu. Pekan-pekan ini adalah pengulangan yang ke sekian kalinya. Sejak tahun 1947 tercatat 23 kali peristiwa pembantaian umat Islam yang dilakukan tangan-tangan najis bangsa kera tersebut. Sejak tahun 1967, 18.147 rumah warga Palestina dihancurkan. Sejak tahun 1992, lebih dari 65 resolusi DK PBB dikeluarkan untuk menghentikan tindakan brutal Israel. Namun, tak satu pun yang dilaksanakan PBB. Sejak tahun 2000, lebih dari 33.034 warga Palestina cedera, 4.876 tewas, termasuk 1050 anak-anak.
Melanggar aturan seolah menjadi watak dasar bangsa Israel ini, sebagaimana mereka terbiasa melanggar perintah-perintah Tuhan mereka. Serangan di akhir tahun 2008 ini dimulai pada hari Sabat yang disucikan orang-orang Yahudi. Pada hari itu, mereka seharusnya berdiam di rumah. Namun, yang terjadi mereka justru melanggarnya. Mereka bahkan menumpahkan darah-darah orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Mahabenar Allah Yang berfirman:
Sesungguhnya kalian pasti akan mendapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik (QS al-Maidah [5]: 82).
Kecaman dunia tinggal kecaman. Cacian tinggal cacian. Faktanya, semua itu tidak menjadikan Israel jeda menyerang, bahkan makin membabi buta dan brutal. Ironisnya, para penguasa negeri-negeri Islam hanya diam, tidak melakukan apa-apa, selain melontarkan kecaman tanpa arti. Selebihnya, mereka sekadar ‘berbasa-basi’ dengan menggelar pertemuan tingkat tinggi yang tak berguna, seakan itu perbuatan yang pantas dan cukup sebagai seorang pemimpin. Padahal setiap detik, setiap nyawa manusia siap melayang di tangan Israel.
Inilah kebangkrutan besar umat Islam saat ini. Mereka hidup di bawah asuhan para pemimpin yang ‘impoten’. Lebih dari itu, yang terjadi sesungguhnya, para penguasa negeri-negeri Islam itu telah berkhianat kepada Allah SWT, Rasul-Nya dan kaum Muslim. Diamnya mereka tanpa memberikan pertolongan kepada kaum Muslim Palestina adalah bentuk persengkokolan jahat mereka dengan bangsa-bangsa kafir. Mereka persis seperti orang-orang munafik yang sejak awal kelahiran Islam di bumi Yasrib (Madinah al-Munawarah) bersekongkol dengan orang-orang Yahudi untuk mengeliminasi Rasul saw. dan kaum Mukmin.
Hari ini kita menyaksikan wajah-wajah ‘munafik’ para penguasa Muslim itu. Faktanya, para penguasa negeri-negeri Islam saat ini makin menarik diri dari perannya atas nasib kaum Muslim di Palestina. Mereka lebih membela kepentingan mereka sendiri serta kepentingan pasukan perang salib modern. Mereka melatih para tentara dan pasukan keamanan hanya untuk memberangus umat Islam dan bukan untuk membela kepentingan umat Islam. Yang lebih menjijikkan, para pemimpin Dunia Islam itu malah sering mencurigai umat Islam. Di sejumlah negara Muslim yang diktator, setiap menit penguasa sibuk menangkapi aktifis Islam, bahkan memberangus para mujâhidîn fillâh. Dengan tipudayanya, mereka mentoleransi warga negaranya untuk berteriak menumpahkan kekesalannya melalui berbagai aksi. Namun, pada saat yang sama mereka mengebiri aksi-aksi itu dengan berbagai alasan yang sangat tidak masuk akal. Akibatnya, solidaritas kaum Muslim di berbagai negeri di luar Palestina hanya menjadi opini yang tidak berefek pada lahirnya solusi praktis. Mereka seperti yang dilukiskan dalam firman Allah SWT:
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian mereka dengan sebagian yang lain adalah sama. Mereka menyuruh kemungkaran, melarang kemakrufan dan menggenggam tangan mereka. Mereka telah melupakan Allah. Allah pun melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah kaum yang fasik (QS at-Taubah [9]: 67).
Ironi memang, bagaimana mungkin ‘panggung sandiwara’ PBB dengan sutradaranya AS dkk (dengan hak vetonya) dijadikan tempat bergantung oleh para penguasa Muslim. Mereka seolah lupa bahwa sebenarnya ‘sang sutradara’-lah yang menjadikan Israel saat ini ada dan eksis. Setiap hari Amerika membantu Israel $6,8 juta, yang dibelanjakan untuk alat-alat perang dan kepentingan pertahanan Israel. Bom-bom yang ditumpahkan di penduduk Gaza sepekan ini adalah bom-bom yang baru pertengahan Desember 2008 dibeli dan dipasok oleh AS. Sementara itu, rancangan resolusi DK PBB diveto AS dan Inggris dengan alasan tidak seimbang jika tidak menekan Hamas agar menghentikan serangan.
Di sisi lain, ‘kerajaan besar’ yang bernama PBB terbukti telah menjadi media efektif bagi AS dan sekutunya untuk menguasai nasib negeri-negeri Islam, sementara para penguasa Muslim menjadi umalâ’ (antek-antek)-nya. PBB terbukti terlibat dalam berbagai upaya pembantaian massal, seperti di Srebenica. PBB gagal dalam ‘misi perdamaian’-nya di Kongo dengan korban hampir 5 juta orang pada akhir tahun 2000. Akibat mandulnya PBB, pada tahun 1994 pembantaian massal di Rwanda menelan korban hampir 1 juta jiwa. PBB pun hanya menjadi alat legalisasi bagi kepentingan-kepentingan AS, sebagaimana ditunjukkan dalam tragedi Gaza-Palestina saat ini.

Solusi Islam

Islam dengan tuntunannya adalah solusi dari setiap problem umat. Andai saja para penguasa negeri Islam berpegang teguh pada al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw., seharusnya mereka melakukan hal-hal berikut:
Pertama, menyerukan jihad (perang) dan membuka pintu-pintu perbatasannya dengan Palestina, seraya menggerakkan semaksimal kekuatan tentara yang mereka miliki. Inilah yang wajib mereka lakukan dalam rangka memenuhi seruan Allah SWT:
Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama, maka kalian wajib menolong mereka. (QS al-Anfal [8]: 72).
Penguasa Muslim seharusnya mengubur rasa takut dan kecemasan atas kekuatan semu Israel dan bangsa-bangsa pendukungnya. Fakta membuktikan, Israel bisa dikalahkan oleh Hizbullah, yang notabene bukan negara. AS mengalami kebangkrutan besar dalam perang di Afganistan dan Irak karena tidak mampu mematahkan perlawanan para mujahidin. Sesungguhnya orang-orang kafir sangat takut terhadap kekuatan umat Islam(Lihat: QS al-Hasyr [59]: 13).
Ironisnya, saat umat Islam berpikir untuk melakukan jihad di Palestina, yang pertama kali menghalangi umat Islam untuk berjihad justru para penguasa di negeri-negeri Islam itu sendiri. Padahal Rasulullah saw.—sebagai kepala negara Daulah Islam di Madinah saat itu—telah memberikan uswah (teladan) dengan bertindak cepat dan tegas dengan cara membersihkan entitas Yahudi ketika mereka mencoba melecehkan seorang Muslimah. Demikian juga sikap para Khalifah pada masa-masa Kekhilafahan setelah Beliau.
Kedua, negara Israel harus dihapus sebagaimana Rasulullah saw. mengusir orang-orang Yahudi dari semenanjung Arab. Sebab, akar persoalannya adalah berdirinya negara Israel di tanah kaum Muslim. Tanah Palestina adalah hak dan milik umat Islam yang diperoleh dengan tetesan darah dan airmata serta mengorbankan banyak nyawa. Statusnya sebagai tanah Kharajiyah itu tidak akan pernah berubah hingga Hari Kiamat. Karena itu, langkah damai hanyalah manipulasi sekaligus merupakan pengakuan tak langsung terhadap penjajahan bangsa Yahudi atas tanah kaum Muslim. Padahal para penguasa Muslim saat ini seharusnya meniru para Khalifah dulu yang tidak pernah membiarkan sejengkal pun tanah Palestina dikangkangi orang-orang Yahudi kafir.
Ketiga, para penguasa negeri Islam seharusnya meninggalkan sistem jahiliah saat ini dengan cara menerapkan syariah Islam secara total dalam institusi Khilafah. Atau umat yang akan memaksa untuk mengganti mereka, cepat atau lambat, hingga kesatuan dan persatuan umat Islam seutuhnya kembali mewujud di bawah satu kepemimpinan seorang khalifah, lalu umat akan berperang di belakang khalifah—yang berfungsi sebagai perisai—untuk menghancurkan eksistensi Yahudi dan menghentikan penjajahan Amerika dan sekutunya.
Keempat, para penguasa Muslim dan umat Islam harus keluar dari penjara besar sistem kapitalis-imperialis pimpinan AS dan sekutunya, baik dari PBB maupun lembaga-lembaga turunannya yang lain, seperti IMF, World Bank dll.

Wahai kaum Muslim!

Hendaknya kita tidak berhenti sebatas berdoa dan menggalang solidaritas dalam bentuk bantuan uang dan obat-obatan bagi saudara kita di Palestina. Yang tidak kalah pentingnya adalah membangun kesadaran umat, bahwa mereka sangat membutuhkan kesatuan di bawah satu kepemimpinan, yakni Khilafah. Sebab, hanya Khilafahlah solusi final yang akan menghentikan kebiadaban Israel sekaligus mengakhiri derita umat Islam di berbagai belahan dunia saat ini. Wallâhu a’lam. []
KOMENTAR:
Australia Tetap Bela Israel (Republika.co.id, 5/1/09)
Negara yang membela teroris adalah juga teroris!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar